Di tasyahud akhir, di antara doa yang dipanjatkan Nabi adalah doa agar terus semangat dalam ibadah, maksudnya dijauhkan dari sifat “juben”.
Sa’ad bin ‘Abi Waqqash biasa mengajarkan anaknya beberapa kalimat doa berikut. Ia mengajarkan doa tersebut sebagaimana para pengajar mengajarkan menulis. Ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca doa ini di dubur shalat (akhir tasyahud sebelum salam),
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Allahumma inni a’udzu bika minal jubni, wa a’udzu bika an arudda ilaa ardzalil ‘umur, wa a’udzu bika min fitnatid dunyaa, wa a’udzu bika min ‘adzabil qodbri (artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari lemah melakukan ibadah yang mulia, aku meminta perlindungan pada-Mu dari keadaan tua yang jelek, aku meminta perlindungan pada-Mu dari tergoda syahwat dunia (sehingga lalai dari kewajiban), aku meminta perlindungan pada-Mu dari siksa kubur).” (HR. Bukhari no. 2822).
Perhatian kita pada meminta perlindungan dari juben. Apa yang dimaksud dengan sifat juben tersebut? Kenapa sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri di akhir tasyahud memanjatkan doa itu?
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (6: 35) dan As Suyuthi dalam Hasyiyah Sunan An Nasai (7: 143) berkata bahwa juben adalah antonim dari kata syaja’ah yang berarti berani. Berarti juben adalah pengecut atau tidak berani.
Al Muhallab sebagaimana dinukil dalam Syarh Bukhari karya Ibnu Batthol menyatakan bahwa juben adalah sifat pengecut dengan lari dari medan pertempuran. (Syarh Bukhari, 9: 45)
Dalam ‘Aunul Ma’bud (4: 316, penjelasan hadits no. 1539) disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan dari sifat juben karena sifat tersebut dapat membuat seseorang tidak bisa memenuhi panggilan jihad yang wajib, tidak berani mengemukakan kebenaran, tidak bisa mengingkari kemungkaran, juga akan luput dari kewajiban lainnya.
Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan mengatakan bahwa yang dimaksud adalah lemahnya hati sehingga menghalangi dari melakukan amalan-amalan yang mulia seperti jihad, berkata yang benar, sulit melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, juga dalam hal lainnya yang merupakan hal-hal mulia dalam Islam. (Minhatul ‘Allam, hal. 186).
Intinya, sifat juben ini menghalangi dari melakukan kewajiban dan amalan yang mulia. Dalam tasyahud akhir sebelum akhir, hendaklah kita bisa mengamalkan doa ini sehingga kita bisa terus dimudahkan oleh Allah dalam ibadah.
Semoga doa ini bisa dihafalkan dan dipraktekkan oleh para pembaca Rumaysho.Com. Moga bermanfaat. Ingatlah, hanya dengan taufik dan pertolongan Allah-lah kita bisa mudah dan semangat dalam ibadah. Jangan bosan untuk berdoa agar terus semangat dalam ketaatan.
Referensi:
‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, terbitan Darul Faiha’, cetakan pertama, tahun 1430 H.
Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqalani, terbitan Dar Thiybah, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan ketiga, tahun 1432 H.
Syarh Bukhari, Ibnu Batthol, Asy Syamilah.
Syarh Sunan An Nasai, Catatan kaki dari As Sindiy dan As Suyuthi, Asy Syamilah.
—
Selesai disusun ba’da Zhuhur di Darush Sholihin, 21 Dzulhijjah 1435 H (16-10-2014)
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom
Segera pesan buku Ustadz Abduh Tuasikal “Mengikuti Ajaran Nabi Bukanlah Teroris” via sms +62 852 00 171 222 atau BB 27EACDF5 atau WA +62 8222 604 2114. Kirim format pesan: buku teroris#nama pemesan#alamat#no HP#jumlah buku.